05 Epilog: Central Consepts of ASEAN Civilization
DAFTAR PUSTAKA:
BASHAM, A.L., 1959, The Wonder That was India: A Survey of the Cultural of the Indian Sub-Continent before The coming of the Muslims. New York: Brove Press, Inc.
BELLWOOD, PETER, 1978, Man’s Conquest of The Pasifiq: The Prehistory of Southeast Asia and Oceania. Auckland, Sydney, London: William Collins Publishers Ltd.
FISCHER, G.TH., 1980. Pengantar Antropologi Kebudayaan Indonesia. Seri Pustaka Sarjana. Terjemahan Anas Makruf. Jakarta: PT.Pembangunan.
HALL, D.G.E., 1988. Sejarah Asia Tenggara. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh I.P.Soewarsha. Surabaya: Usaha Nasional.
HEINE-GELDERN, ROBERT VON, 1945, “Prehistoric Research in The Netherlands Indies”, edited by Pieter Honig and Frans Verdoorn, Science and Scientists in The Netherlands Indies. New York: The Riverside Press. Pages 129—167.
SOEJONO, R.P. (vol.editor), 1984, Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: PN.Balai Pustaka.
VOGEL, J.PH., 1925, “The Earliest Sanskrit Inscriptions of Java”, Publicaties van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie I: 15—35. Batavia.
WAGNER, FRIZT A., 1995, Indonesia: Kesenian Suatu Daerah Kepulauan. Tranlated by Hildawati Sidharta. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud.
Makalah ini disampaikan dalam Lokakarya Sentralitas ASEAN. Tema: “Eksistensi ASEAN di Tengah Perkembangan Tatanan Regional” Direktorat Jendral Kerjasama ASEAN, DEPLU R.I. Yogyakarta, 22-23 Juni 2009
*Artikel ini ditulis oleh: Dr.Agus Aris Munandar: Departemen Arkeologi FIB UI
ASEAN
dalam dinamika kebudayaan Austronesia sebenarnya terletak di pusat
ethno-genesisnya. Di tengah wilayah Austronesia yang membentang dari
barat adalah Madagaskar hingga Pulau Paskah di timur, dan mulai dari
Taiwan-mikronesia di utara sampai wilayah Selandia Baru di selatan,
itulah wilayah jelajah nenek moyang Austronesia.
Dalam
suatu kebudayaan pasti terdapat konsep-konsep inti sehingga menjadi
kebudayaan tersebut tetap bertahan dan mempunyai jati dirinya, walaupun
harus menembus ruang geografi dan zaman-zaman berbeda. Setelah
memperhatikan perkembangan kebudayaan di Asia Tenggara tempat
terbentuknya ASEAN, maka terdapat beberapa central concept yang dapat
dikembangkan bersama oleh negara-negara ASEAN sebagai peradaban ASEAN
(ASEAN Civilization),
- Kebudayaan leluhur bersama Austronesia: jejak kebudayaan ini ada di setiap negara ASEAN hingga sekarang, walaupun tersaput oleh anasir kebudayaan baru yang datang kemudian. Contoh: terekam dalam bahasa, arsitektur rumah tradisional, tata kota, “the soul of government system”, religi etnik, kesenian, ornamen, adat sopan satun, dan lain-lain.
- Kemampuan peradaban ASEAN untuk berinteraksi dan berdialog dengan budaya luar yang datang, kemudian unsur budaya luar itu menjadi luluh dan dianggap sebagai milik sendiri. Akibat adanya kemampuan tersebut penduduk wilayah Asia Tenggara sejak masa silam tidak pernah menjadi India atau menjadi Cina dalam bidang budaya, melainkan tetap Austronesia.
- Tradisi agraris dan maritim yang sebenarnya sangat kuat mengakar, namun akibat kolonialisme banyak negara yang melupakan kedua kemampuan itu. ASEAN sebagai ethno-genesis Austronesia harus mampu mengembangkan lagi pencapaian-pencapaian baru di bidang agraris (telah dipelopori Thailand) dan maritim (seharusnya Indonesia).
- Toleransi dan Solidaritas ASEAN telah ditunjukkan sejak masa silam. Terdapat berita tertulis yang menyatakan ada kerjasama antara beberapa kerajaan Asia Tenggara untuk membendung pengaruh Cina yang selalu mendesak ke selatan.
- Penyebaran peradaban “kita bukan berasal dari mana-mana, namun menyebar ke mana-mana”. Bercermin sejak masa silam wilayah Asia Tenggara selalu didatangi oleh pengaruh luar, dan pengaruh budaya Asia Tenggara itu meluas hingga sepertiga dari bola bumi.
Demikian
beberapa postulat penting yang dapat diangkat dari kebudayaan
Austronesia yang sebenarnya menjadi dasar terbentuknya kebudayaan di
negara-negara ASEAN. Dalam kebudayaan tersebut terdapat hal-hal yang
maju, indah, dan bermutu bagi kepentingan seluruh umat manusia, itulah
yang disebut peradaban Austronesia; tentunya sekarang dapat dijuluki
The ASEAN Civilization.
DAFTAR PUSTAKA:
BASHAM, A.L., 1959, The Wonder That was India: A Survey of the Cultural of the Indian Sub-Continent before The coming of the Muslims. New York: Brove Press, Inc.
BELLWOOD, PETER, 1978, Man’s Conquest of The Pasifiq: The Prehistory of Southeast Asia and Oceania. Auckland, Sydney, London: William Collins Publishers Ltd.
FISCHER, G.TH., 1980. Pengantar Antropologi Kebudayaan Indonesia. Seri Pustaka Sarjana. Terjemahan Anas Makruf. Jakarta: PT.Pembangunan.
HALL, D.G.E., 1988. Sejarah Asia Tenggara. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh I.P.Soewarsha. Surabaya: Usaha Nasional.
HEINE-GELDERN, ROBERT VON, 1945, “Prehistoric Research in The Netherlands Indies”, edited by Pieter Honig and Frans Verdoorn, Science and Scientists in The Netherlands Indies. New York: The Riverside Press. Pages 129—167.
SOEJONO, R.P. (vol.editor), 1984, Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: PN.Balai Pustaka.
VOGEL, J.PH., 1925, “The Earliest Sanskrit Inscriptions of Java”, Publicaties van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie I: 15—35. Batavia.
WAGNER, FRIZT A., 1995, Indonesia: Kesenian Suatu Daerah Kepulauan. Tranlated by Hildawati Sidharta. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud.
Makalah ini disampaikan dalam Lokakarya Sentralitas ASEAN. Tema: “Eksistensi ASEAN di Tengah Perkembangan Tatanan Regional” Direktorat Jendral Kerjasama ASEAN, DEPLU R.I. Yogyakarta, 22-23 Juni 2009
*Artikel ini ditulis oleh: Dr.Agus Aris Munandar: Departemen Arkeologi FIB UI