03 Di antara Dua Kebudayaan Dunia
Kebudayaan Austronesia tidak mungkin berkembang sendiri di wilayah
Asia Tenggara, karena kawasan tersebut menjadi arena pertemuan dua
kebudayaan besar Asia yang telah lama berkembang, kedua kebudayaan itu
adalah India dan Cina. Di awal tarikh Masehi, dalam periode
protosejarah, dapat dipastikan banyak pelaut dan niagawan dari Cina dan
India saling berkunjung. Para pelaut tersebut sudah pasti melalui
laut, selat, dan pantai-pantai Asia Tenggara. Pada masa itulah terjadi
interaksi antara para pelaut Cina dan India dengan penduduk Asia
Tenggara yang merupakan bangsa besar Austronesia yang telah mengalami
diasporanya.
Kebudayaan bangsa-bangsa di Asia
Tenggara (baca: Austronesia) akhirnya diperkaya dengan diterimanya
pengaruh dua kebudayaan besar Asia pada masa itu. Maka tidak
mengherankan apabila banyak aspek kebudayaan yang datang dari India dan
Cina kemudian diterima oleh sub-bangsa-bangsa Austronesia di Asia
Tenggara. Apabila diperhatikan secara saksama, maka banyak bangsa Asia
Tenggara yang pada awal tarikh Masehi justru menerima kebudayaan India.
Penduduk di wilayah Jawa, Sumatera, Bali, Semenanjung Malaysia, Tumasik
(Singapura), Thailand, Khmer, Champa, Myanmar yang menerima
aspek-aspek budaya India. Adapun Laos dan Vietnam banyak dipengaruhi
oleh budaya Cina, walaupun pengaruh kebudayaan India meninggalkan
pula jejaknya --walau sedikit-- di Laos dan Vietnam. Filipina agaknya
lebih lama berada dalam masa proto-sejarah dan tetap mengembangkan
kebudayaan Austronesia yang awal. Berdasarkan bukti-bukti arkeologis
yang dapat dilacak di Filipina, dapat ditafsirkan bahwa Filipina tidak
banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan India atau Cina. Penduduk
Filipina selatan langsung menerima agama Islam dalam abad ke-15,
sedangkan penduduk Filipina di pulau-pulau bagian utara yang masih
mengembangkan kebudayaan Austronesia langsung bergaul dan menerima
kebudayaan Spanyol yang mengembangkan agama Katholik.
Apabila
dibuat prosentasinya negara-negara Asia Tenggara yang mendapat
pengaruh budaya India dan yang mendapat pengaruh budaya Cina di awal
tarikh Masehi, maka keluarlah angka 70 % untuk budaya India, 20 %
untuk budaya Cina, dan 10 % yang masih mengembangkan budaya
Austronesianya, artinya tidak mendapat pengaruh dari dua kebudayaan
tersebut. Sebenarnya hanya 3 aspek yang diterima dari kebudayaan India
oleh kebudayaan sub-bangsa-bangsa Austronesia di Asia Tenggara, yaitu
(1) agama Hindu-Buddha, (2) penggunaan aksara Pallava yang menjadi
dasar terbentuknya aksara-aksara tradisional Asia Tenggara, dan (3)
sistem kalender Saka. Berpijak kepada 3 hal itulah maka kebudayaan
Austronesia menjadi lebih pesat berkembang memasuki zaman sejarahnya.
Sumbangan dari kebudayaan Cina yang mengendap dan menjadi dasar
perkembangan perkembangan kebudayaan selanjutnya hampir sedikit
dirasakan oleh orang-orang Austronesia, kecuali pengaruh politik yang
dirasa lebih dominan dari pada India. Banyak sumber sejarah Asia
Tenggara selalu menyatakan bahwa raja-raja yang baru dilantik akan
mengirimkan utusan ke Cina sebagai informasi atas kedudukan barunya dan
seperti meminta pengesahan dari para kaisar Cina.
Ketika
agama Islam mulai mengembangkan institusi kerajaan pertama di Asia
Tenggara, yaitu Samudera Pasai di wilayah Aceh; banyak bangsa Asia
Tenggara daratan masih setia melaksanakan ritus agama Buddha
Mahayananya, seperti di Laos, Thailand. Khmer, dan Myanmar. Islam
seakan-akan hanya Berjaya di wilayah Asia Tenggara kepulauan dan
semenanjung, sementara di pedalaman Asia Tenggara tidak mendapat
sambutan yang semarak. Agama Islam adalah pengaruh luar yang datang
lebih kemudian ke Asia Tenggara, sesuai dengan para pembawanya yang
merupakan kaum niagawan, maka pada awalnya agama tersebut perkembang di
wilayah yang mempunyai pantai dan bandar niaga, sudah pasti Islam akan
berkembang di wilayah kepulauan dan wilayah tepian continental yang
kerapkali dikunjungi para pedagang Islam.
Tidak
bisa dipungkiri bahwa Islam adalah bentuk kebudayaan ketiga yang turut
memperkaya perkembangan kebudayaan Austronesia di Asia Tenggara. Hanya
saja diakui bahwa agama tersebut hanya dipeluk oleh sebagian dari sub
bangsa Austronesia yang lazim dinamakan ras Melayu, tetapi Melayu tidak
identik dengan Islam.